Dalam teks anekdot, terdapat 5 struktur yang pasti harus ada, yaitu abstraksi, orientasi, kritik, reaksi, dan koda.
Secara umum, pengertian koda merupakan bagian akhir atau penutup bahkan menjadi bagian terpenting dari teks anekdot. Mengapa koda menjadi penting dalam teks anekdot? Sebab, keberadaan koda berfungsi sebagai penegas tentang hal yang dikritik dalam cerita.
Contoh Koda
Ada cerita anekdot sebagai berikut.
Jujur Dong!
Suatu hari seorang politisi disidang karena kasus penggelapan uang. Ketika datang ke pengadilan, dia memperoleh pengawalan yang ketat. Namun, tiba-tiba salah seorang pengawal bertanya, “Mas, Mas itu orang yang menggelapkan uang, kan?” Si politisi hanya menggeram dengan muka marah. Lalu, dia pun memasuki ruangan sidang. Hakim pun datang dan memulai persidangan. Beberapa pertanyaan diajukan hingga sampai pada pertanyaan terakhir.
“Saudara Koruptor, apakah Anda korupsi?”
Dengan lantang si koruptor pun menjawab, “lyaaaa!! Saya korupsi telah menggelapkan uang rakyat! Puas!”
Semua masyarakat yang menyaksikan sidang tersebut tersentak dan marah sehingga suasana di ruang sidang menjadi ricuh.
“Baiklah kalau begitu, saya putuskan Anda tidak bersalah!” disusul dengan ketukan palu. Masyarakat pun bingung.
“Mengapa si koruptor itu tidak bersalah, Yang Mulia Hakim?” tanya salah seorang warga.
Hakim pun menjawab, “Karena kejujuran itu nomor 1.”
Masyarakat kebingungan dan akhirnya sidang pun selesai.
Karya: Garda Anggara, dengan sedikit pengubahan
Nah, jika melihat contoh teks anekdot diatas, maka yang termasuk dalam koda teks anekdot adalah “Masyarakat kebingungan dan akhirnya sidang pun selesai”.
Semoga materi Bahasa Indonesia tentang teks anekdot ini bermanfaat ya. Apabila ada tugas, bisa juga cek di tugas Bahasa Indonesia.
